Radio Komunikasi (RAKOM)

Radio Komunikasi atau Rakom, buat saya adalah kebutuhan mutlak di kendaraan...Kenapa..?
Bukan hanya sebagai sarana "Nge-Brik" , tapi sebagai penyambung lidah melalui kawat udara, yg mana bisa saling bertukar informasi, semisal kondisi trafic yg saat ini di rasakan sudah sangat2 ruwett....
Selain itu kalo kata orang di gunakan juga sebagai "Tombo Ngantuk'...(bener gak nulisnya...maklum saya Jawa Murtados.."orang jawa yg gak bisa bahasa Jawa...:D)

Disini saya coba berbagi info mengenai Rakom yg terpasang pada kendaraan saya.
Saya menggunakan Band Freq VHF (2 Meter Band)...Soal kenapa di sebut 2 meter band jangan tanya saya...tanyakan Om Indra "Kilo" teman saya klo gak salah YDOCSX call sign di Orarinya...
Knapa sy pilih band ini, di karenakan ini merupakan band Amatir yg sering di gunakan Publik...dibandingkan UHF yg lebih ke arah Goverment atau satuan pengaman...dan HF yg malah gak mungkin..krn jangkauannya kelewat jauh.
Saya Pakai radio Alinco DR135 MkIII yg di kenal sebagai Radio sejuta umat, selain itu ada juga Icom2300, saya suka Alinco, karena PTTnya nyaman di gunakan,..
Untuk Kabel, saya pakai Belden RG58 Ori (Ini juga kata temen sy, yg Ori lebelnya kayak di Print pake Dot matrik)..ciri2  lain, serabut kawat coax dan inti corenya tebal
Ada lagi yg teman2 sy pake salain jenis yg saya pakai, yaitu Gabungan antara RG8 dan RG58 (Nyambungnya di Solder), dan ada juga kabel kelas dewa (dibaca: harga mahal...he..he..he..), Type Teflon

Gbr.1 Alinco DR135/MkIII (www.alinco.com)

Teknik per-"Rakoman saya dapat secara Otodidak dan belajar dari Om Indra Kusuma, serta beberapa rekan di Club...
Oh iyaa..saya di Club mobil ada yg mengkhususkan diri dengan dunia Rakom, Klub saya itu Trajet Family Club - Rakom.

Selain kebutuhan tsb, untuk memaksimalkan pancaran, ada istilahnya di Setting, utamanya meliputi :

1. Coaxcial Loss : memaksimalkan kabel, dengan membuat losses sekecil mungkin, pada pancaran frekwensi kerja, misalnya Frekuensi kerja kita di 140.000Mhz, maka kabel yg ingin kita Pakai harus Matching mendekati nilai terendah (biasanya 1.0 ),

2. SWR Meter (Standing Wave Ratio Meter – pengukur perbandingan gelombang tegak) digunakan untuk mengukur perbandingan gelombang datang dan gelombang pantul. Dengan kata lain SWR Meter digunakan untuk mengukur seberapa match sebuah sumber signal frekwensi yang dipancarkan melalui saluran transmisi dengan akhir pelepasan pada antena. Prinsip kerja SWR Meter didasari Power Meter. Jika pada suatu pengukuran hanya terdapat Power Meter maka SWR dapat dihitung dari daya datang.

Untuk keadaan yang tidak match akan didapatkan SWR > 1. Untuk keadaan yang paling buruk dimana semua daya datang dipantulkan kembali (Pf = Pr) akan didapatkan SWR = tak terhingga.

Kesimpulan tersebut menjelaskan bahwa pancaran signal akan optimal bila impedensi pada saluran transmisi dan antena sebagai beban mempunyai impedensi yang sama sesuai dengan yang dibutuhkan oleh transmiter, dan juga berarti transmiter akan bekerja lebih ringan karena tidak menerima gelombang pantul dari frekwensi yang dipancarkan.(http://www.radiokomunikasi.info/)

Selebihnya..coba deh kunjungi http://www.radiokomunikasi.info/......he..he..he...Jiplak gak boleh banyak-banyak..

Kira-kira begitu ...oh iya..alatnya pakai MFJ,..punya Kuncen Rakom, aka Om Elly Supriyadi, master juga di Foto-foto

 

Untuk jenis lain yg sudah saya setting dan pasang yaitu :

1. Yaesu FT1900R dan FT2900R

2. Icom IC2200H, dan IC2300H 

3. Alinco DR135/MKIII,